MASHDAR (ﺍﻟﻤﺼﺪ ﺭ )

Mashdar sering juga disebut dengan Isim Ma’na (ﺇﺴﻢ ﺍﻠﻤﻌﻨﻲ ) yaitu apa-apa yang menunjukkan atas ma’na / arti yang terlepas dari waktu dan masa, dengan kata lain, Mashdar adalah apa yang menunjukkan atas suatu kejadian. Mashdar adalah asal dari semua Fi’il (kata kerja) dan Isim. Mengingat Fi’il itu terdiri dari tiga huruf atau empat, lima dan enam huruf, kiranya perlu untuk mengetahui mashdarnya.

A.  Mashdar Fi’il yang terdiri dari tiga huruf (ﻤﺼﺪ ﺭﺍﻟﻔﻌﻞ ﺍﻠﺜﻼﺜﻲ )
Secara garisbesarnya, mashdar Fi’il Tsulaatsi adalah ikut pada wazan Fi’aalah ( ِِِﻔﻌَﺎﻟﺔ) jika menunjukkan atas keahlian dan profesi, contohnya ﺼﻨﺎﻋﺔ (perindustrian), ﺯﺮﺍﻋﺔ (pertanian), ﺘﺠﺎﺮﺓ (perdagangan). Atau berwazan Fa’laan (ﻔﻌﻼﻦ ) jika menunjukkan kegoncangan dan kegelisahan, misalnya ﻏﻟﻴﺎﻥ (Mendidih) dan ﺪﻭﺭﺍﻦ (pusing/mabuk laut dan udara). Juga berwazan Fu’lah ( ﻔﻌﻟﺔ) jika menunjukkan atas warna, misalnya ﺨﺿﺮﺓ (hijau) dan ﺻﻔﺭﺓ (kuning). Juga berwazan Fu’aal (ﻔﻌﺎﻝ ) jika menunjukkan atas penyakit dan suara, misalnya ﺴﻌﺎﻝ (batuk), ﺯﻜﺎﻢ (demam), ﺑﻜﺎﺀ (tangisan) dan ﻧﺑﺎﺡ (gonggongan anjing). Jika mashdar itu tidak menunjukkan atas hal-hal di atas, maka kebanyakan akan berwazan Fa’lan (ﻔﻌﻼ ) jika fi’ilnya muta’addi (ﻤﺗﻌﺪﱢﻱ ) yaitu fi’il yang mempunyai atau membutuhkan objek, misalnya ﻔﺗﺤﺎ (membuka), ﺿﺮﺑﺎ (memukul). Jika fi’ilnya adalah fi’il Laazim (ﻻﺯﻢ ) yaitu yang tidak membutuhkan objek, maka mashdarnya bertimbangan Fu’uul ( ﻔﻌﻭﻝ), misalnya ﻘﻌﻮﺪ (duduk), ﺟﻟﻭﺱ (duduk), dan ﻁﻠﻮﻉ (terbit).

B.   Mashdarnya Fi’il yang terdiri dari empat huruf (ﻤﺼﺪ ﺭﺍﻟﻔﻌﻝ ﺍﻟﺮﺑﺎﻋﻲ )
Mashdar fi’il ghairu tsulatsi bersifat qiyasi, dengan artian bisa diqiaskan. Wazan mashdar fi’il ruba’iy itu berbeda-beda sesuai dengan bentuk fi’ilnya.
1.      Jika fi’ilnya berwazan Af’ala (ﺃﻔﻌﻝ ) maka mashdarnya berwazan If’aal ( ﺇﻔﻌﺎﻝ), misalnya: ﺇﻧﻜﺎﺭ (ingkar) dan ﺇﻜﺭﺍﻢ =mulia.
2.      Jika fi’ilnya berwazan Fa’ala (ﻔﻌﱠﻝ) dengan mentasydidkan ‘ainnya, maka mashdarnya berwazan Taf’iil (ﺗﻔﻌﻴﻝ ). Contohnya: ﺗﺪﺭﻴﺏ (latihan) dan ﺗﻌﻟﻴﻢ (mengajar).
3.      Jika fi’ilnya berwazan Faa’ala (ﻔﺎﻋﻝ ) maka wazan mashdarnya adalah Fi’aal (ﻔﻌﺎﻝ ) atau Mufaa’alah ( ﻤﻔﺎﻋﻟﺔ), misalnya: ﻘﺘﺎﻞ / ﻤﻘﺎﺘﻟﺔ (memerangi) dan ﺤﺴﺎﺐ / ﻤﺤﺎﺴﺑﺔ (menghitung).
4.      Jika fi’ilnya berwwazan Fa’lala (ﻔﻌﻟﻞ ) maka mashdarnya adalah Fa’lalah (ﻔﻌﻠﻠﺔ ) atau Fi’laal (ﻔﻌﻼﻝ ), contohnya; ﺯﻟﺯﻟﺔ / ﺯﻠﺯﺍﻞ (gempa bumi).

C.  Mashdar Fi’il yang terdiri dari lima dan enam huruf
      (ﻤﺻﺪ ﺮ ﺍﻟﻔﻌﻝ ﺍﻟﺨﻤﺎﺴﻲ ﻭﺍﻠﺴﺪ ﺍﺴﻲ )
Jika fi’il itu terdiri dari lima atau enam huruf dan huruf pertamanya adalah hamzah washal, maka timbangan mashdarnya hampir sama dengan bentuk fi’il Maadhinya dengan mengkasrahkan huruf ketiga dan menambahkan huruf Alif sebelum huruf akhir menjadi Ifti’aal (ﺇﻔﺗﻌﺎﻞ ), contohnya; ﺇﺟﺘﻤﺎﻉ (berkumpul), ﺇﺴﺘﻘﺑﺎﻝ (menjamu/menjemput). Jika Fi’ilnya didahului oleh huruf Ta tambahan (ﺘﺎﺀ ﺯﺍﺋﺪﺓ ) maka timbangan mashdarnya pun hampir serupa dengan bentuk fi’il maadhinya namun huruf yang berada sebelum huruf terakhir haruslah di dhammakan, misalnya ﺗﻗﺩﱡ ﻤﺎ (maju/berkembang) dan ﺘﻌﻟﱡﻤﺎ (belajar).

D.  Mashdar Miimi (ﺍﻟﻤﺻﺩ ﺭﺍﻟﻤﻴﻤﻲ )
Mashdar Miimi adalah Mashdar yang didahului dengan huruf Mim tambahan dimana maknanya sama dengan mashdar. Adapun bentuk-bentuk mashdar Miimi dari Fi’il Tsulaatsi adalah dengan wazan Maf’al (ﻤﻔﻌﻝ ) kecuali jika fi’ilnya didahului oleh huruf Illat, maka wazannya adalah Maf’il (ﻤﻔﻌﻝ ), contohnya kata وقع mashdar miiminya adalah موقِع.
Jika Fi’ilnya bukan fi’il tsulaatsi maka wazan mashdar miiminya sama dengan wazan isim. Pada mashdar miimi ini boleh menambahkan huruf Ta marbuuthah di akhir kata, mislanya ﻤﺤﺒﺔ (kecintaan), dan ﻤﻨﻔﻌﺔ (manfaat).

E.   Mashdar Shunaa’iy ( ﺍﻟﻤﺼﺪ ﺭﺍﻟﺼﻧﺎﻋﻲ)
Mashdar Shunaa’iy adalah isim yang diikutkan dengan Ya’ Nasab dan  Ta Ta’niits yang menunjukkan atas makna mashdar, Misalnya kata ﺇﻨﺴﺎﻥ (manusia) ditambahkan huruf Ya’ Nasab menjadi ﺇﻨﺴﺎﻨﻲ dan Mashdar Shunaa’iynya adalah Insaaniyyah (ﺇﻧﺴﺎﻧﻴﺔ ), contoh lain; ﺤﺮﱢﻴﺔ (kebebasan) dan ﻤﺴﺋﻮﻟﻴﺔ (tanggung jawab).
F.   Marrah dan Hay ah (ﺍﻟﻤﺭﺓ ﻭﺍﻟﻬﻴﺌﺔ )
Isim Marrah adalah Mashdar yang menunjukkan atas terjadinya suatu kejadian sekali, dan wazannya adalah Fa’lah (ﻔﻌﻟﺔ ) jika fi’ilnya adalah Tsullatsi, dan jika bukan fi’il tsulaatsi maka hanya dengan menambahkan huruf Ta pada akhir kata. Contohnya; ﺿﺭﺑﺘﻪ ﺿﺮﺑﺔ (saya memukulnya sekali), dan ﺃﻜﺭﻤﺘﻪ ﺇﻜﺭﺍﻤﺔ (saya sekali menghormatinya).
Adapun Ismul Hay ah adalah mashdar yang menunjukkan atas bentuk atau situasi dan kondisi di saat kejadian, wazannya adalah Fi’lah (ﻔﻌﻟﺔ ) apabila fi’ilnya tsulaatsi, selain fi’il tsulaatsi, maka ia tidak mempunyai timbangan. Misalnya; جَلَسْتُ جَلْسَةَ اْلعُلَمَاء (saya telah duduk seperti duduknya para ulama).
Jika mashdar asalnya memang sudah diakhiri ta’ maka untuk membuat marrah dan hay ah tidak bisa menggunakan shigah/wazan. Namun harus menggunakan isim shifah, misal: دَعَوْتُ مُحَمَّدًا دَعْوَةً وَاحِدَةً